Ramadhan
mendorong hamba-hamba Allah berpacu meningkatkan kuantitas dan kualitas amal.
Sekaligus menghargai waktu dan memanfaatkan secara optimal tempat-tempat yang
di sukai Allah. Itulah tiga dimensi yang manusia pasti melalui, menghadapi, dan
mengalaminya dalam kehidupan. Yaitu, dimensi waktu, dimensi ruang, dan dimensi
perbuatan. Ketika manusia mampu mengendalikan ketiga dimensi tersebut, ia berpeluang
besar menjadi manusia yang sukses, dan bahagia di dunia dan akhirat. Dan
Ramadhan mengkondisikan hamba-hamba Allah untuk mengendalikan tiga dimensi
tersebut sekaligus secara efektif.
Dimensi
Waktu
Ramadhan
menyuguhkan kepada kita waktu-waktu yang sangat mahal di mata Allah. Waktu
sahur, waktu jelang berbuka, waktu sepertiga malam, dan waktu-waktu di saat manusia
berdoadalam kondisi shaum dikabulkan oleh Allah.
Waktu
dalam pandangan Islam sangat penting dan vital. Allah dibanyak kesempatan dalam
Al Qur’an bersumpah dengan atas nama waktu. Seperti, Wal Ashri [Demi waktu
Ashar], Wal fajri [Demi waktu fajar], Wadl dluha [Demi waktu dluha], dan
sebagainya. Ketika Allah bersumpah dengan salah satu makhluk-Nya, maka para
ahli tafsir sepakat bahwa objek sumpah itu menjadi sangat penting dan berharga
di mata Allah.
Dalam
konteks Ramadhan pun disebut bilangan waktu, ayyaamam ma’dudaat – hari-hari
yang terhitung, terbatas - yang juga berarti penegasan untuk selalu
memperhatikan waktu dan kesempatan.
Allah
berfirman:
”Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang
tertentu.” (QS. 2:
183-184)
Sehingga
penyair Arab mengatakan:
Anda adalah rangkaian dari
hari-hariJika lewat satu hari
Maka berkuranglah jatah umur Anda
Tabiat
waktu tidak bisa berulang kembali, tidak bisa diputar kembali. Satu hari lewat
berarti itulah amal perbuatan yang kita lakukan, tidak bisa diganti, ditambah,
atau disempurnakan di hari lain. Maka ketika fajar merekah, berarti kita menjadi
makhluk baru untuk hari itu. Jatah umur ummat Muhammad adalah antara enam puluh
sampai tujuh puluh tahun. Bilangan yang tidak banyak, jika dibandingkan dengan
umur ummat-ummat terdahulu yang sampai ratusan bahkan ribuan tahun.
Namun
kita bisa lebih unggul dalam hal nilai dan keberkahan usia dibanding mereka,
ketika kita mampu mengambil dan meraih keutamaan-keutamaan yang Allah suguhkan
untuk kita, diantaranya adalah meraih Lailatul Qadar.
Ramadhan
men-tarbiyah atau mendidik kita untuk selalu menghargai jenak-jenak waktu kita.
Hari, jam, menit dan detik untuk digunakan sebanyak-banyak kebaikan dan
kemanfaatan, sampai ajal menjelang. Dalam do’a yang ma’tsur, kita diajarkan
Nabi bermunajat ”Ya Allah, aku memohon
kepada-Mu, agar Engkau menjadikan sebaik-baik umur kami pada akhirnya.”
Dimensi
Ruang
Setiap
manusia berasal dari tanah yang suci, akan kembali ke tanah pekuburan, dan akan
dibangkitkan darinya di kemudian hari. Nabiyullah Muhammad dan ummatnya
memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh ummat-ummat sebelumnya, yaitu
”Bumi dijadikan Allah sebagai tempat sujud – masjid - dan suci.” begitu sabda
Rasulullah.
Ketika
manusia tidak bisa lepas dari dimensi ruang atau tempat ini, maka kita
dikondisikan untuk selalu dalam kebaikan. Kita dianjurkan untuk pindah tempat
ketika melaksanakan shalat sunnah misalkan, adalah dalam rangka agar tempat
yang kita injak, bersimpuh, bersujud menjadi saksi kebaikan kita di akhirat
kelak.
Sebaliknya,
bumi, ruang, tempat, dinding di kiri-kanan, dan atap diatas langitan pun akan
menjadi saksi perbuatan dosa atau maksiat. Barang mati itu akan dibuat
berbicara oleh Allah di akhirat kelak.
Seorang
penyair berucap:
Di atas bumi manaDi bawah langit mana
Aku bisa bermaksiat?
Karena bumi dan langit
Akan menjadi saksi
Apa yang aku perbuat
Ramadhan
secara tersirat juga mengkondisikan kepada kita agar pandai menghargai dan
mengoptimalkan ruang dan tempat yang di sukai Allah. Anjuran i’tikaf adalah
dilakukan di baitullah atau masjid. Allah juga sangat mencintai majelis-majelis
ilmu, dzikir, dan majelis taqarrub ilallah. Tempat kerja pun yang di dalamnya
ditegakkan kejujuran, keteladanan, amanah, dan juga untuk kesejahteraan
keluarga besar setiap yang bernaung di tempat kerja itu, bahkan untuk
kepedulian sosial masyarakat adalah bagian dari yang disukai Allah.
Dimensi
Perbuatan
Manusia
menjadi sukses atau bahagia bukan karena keturunan, karena jabatan, harta
melimpah, juga bukan karena memiliki pendukung yang banyak.
Lihatlah
Rasulullah. Di malam-malam bulan Ramadhan membangunkan putra-putrinya, Fatimah
dan Ali radliyallahu ’anhum, dan dikatakan kepada mereka, ”Bangun, hidupkan
malam dengan taqarrub ilallah, karena aku tidak bisa menolong kalian di akhirat
kelak. Kalian semua memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri.”
Yang
menentukan sukses dan bahagia adalah amal perbuatan. Allah menyediakan
surga-Nya hanya bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Karena barang
dagangan Allah itu sungguh sangat mahal. Ketahuilah, bahwa barang dagangan
Allah itu Jannah.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak
(pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami
memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Mereka
mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api
neraka).
Demikianlah
kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim, Dan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak memikulkan kewajiban
kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah
penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al A’raf: 40-42)
Ramadhan
begitu menjanjikan banyak bonus dan pahala. Amalan wajib dilipatgandakan
menjadi sepuluh sampai tujuh puluh kali lipat. Amalan sunnah dihitung wajib.
Do’a di ijabah. Baca Al Qur’an dilipatgandakan kebaikannya, satu huruf senilai
sepuluh kebaikan. Sedekah diterima. Memberi buka puasa mendapatkan pahala
persis seperti orang yang berpuasa tersebut. Berbuka puasa sendiri berpahala.
Mengakhirkan sahur berpahala. Berjihad, berdakwah, mencari ilmu, meringankan
orang yang kesusahan dan lainnya, berpahala.
Semua
kebaikan bernilai pahala. Sehingga dalam bahasa Nabi, ”Pintu-pintu surga di
buka lebar-lebar”. Sedangkan peluang maksiat dan dosa tereduksi ”Pintu-pintu
neraka ditutup rapat-rapat.”
***
Sisi
lain dari pesan Ramadhan kepada kita adalah bagaimana agar kita menjadi
pemenang dalam mengendalikan usia kita, keberadaan kita dan perilaku kita
sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar