Kakak beradik, Arfian Fuadi (29 th) dan M Arie Kurniawan (24th), cuma lulusan SMK dan mereka belajar desain teknik secara otodidak. Namun, siapa sangka, kemampuan itu membuat mereka mendunia. Arifin dan Arie mengalahkan doktor dan ahli dari perusahaan penerbangan dalam kompetisi desain komponen jet dunia.
Dengan peralatan dan modal seadanya, kedua bersaudara ini mendirikan perusahaan desain bernama DTECH-ENGINEERING pada tahun 2009. Mereka mencari peluang order melalui situs online. Order pun datang dari Jerman dan menyusul sejumlah negara lain.
Pada tahun 2013, perusahaan besar General Electric (GE) asal Amerika Serikat mengadakan kompetisi Global Challenge untuk membuat desain bracket jet. Arfi’an dan Arie yang merupakan lulusan SMA Negeri 7 Semarang dan SMK Negeri 2 Salatiga ini berhasil menyisihkan 700 karya dari 50 negara.
“700 orang ikut kompetisi yang datang dari berbagai negara. Adik saya, Arie ikut mengirimkan,” ujar Arfian di rumahnya, Canden, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah, Senin (4/1/2016).
Desain Arfian dan Arie ternyata menarik perhatian dan diminati General Electric. Mereka menang dengan menyisihkan peserta lainnya termasuk seorang doktor Swedia yang berpengalaman di Swedish Air Force dan lulusaan Oxford University yang bekerja di perusahaan Airbus.
Keunggulan jet engine bracket yang didesain Arfian dan Arie, adalah faktor bobot komponen pascaproses pembuatan cetak biru atau prototipe. Jet engine bracket yang ada saat ini memiliki bobot 2 kilogram, sementara jet engine bracket buatan Arfian dan Arie hanya berbobot 327 gram atau 84 persen lebih ringan. Kemampuan untuk menekan berat komponen itu yang menjadi poin plus desain mereka karena sangat efisien.
“Si Arie ikut, kita bisa desain paling ringan dan kuat, bahan dari titanium. Mungkin ide kita waktu itu paling bagus,” kata Arifin dengan rendah hati.
Meski demikian, prestasi mereka saat itu, ternyata tidak terlalu menggemparkan dunia pendidikan di Indonesia. Meski demikian, Arfian bangga karena GE melalui Handry Satriago selaku CEO General Electric Indonesia memberikan apresiasi. Bahkan kini Handry sudah dianggap sebagai mentor bagi duo kakak beradik ini.
“Kita jadi kenal CEO dan mereka tidak sungkan main ke sini, Salatiga. Pokoknya kami jadi mendapat banyak pengalaman. Pak Handry sudah jadi mentor bagi kami,” ujarnya.
Keberhasilan itu mereka raih bukan secara instan. Semuanya melalui perjuangan panjang mereka bergelut di dunia design engineering. Bertahun-tahun sebelum mengikuti lomba, mereka sudah dipercaya banyak perusahaan asing untuk mendesain berbagai produk. Salah satu desain yang mereka buat adalah pesawat ringan (ultralight aircraft) untuk sebuah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Kini, Arfian dan Arie memiliki kantor dan karyawan 7 orang, enam di antaranya lulusan SMK. Puluhan order desain dari berbagai negara diterima mereka setiap bulan.
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar