#Insight - Arkeolog dari Balai Arkeologi Jayapura mengungkapkan hasil penelitian kehidupan masa lalu di situs Gunung Srobu di Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Muhammad Irfan Mahmud, menyosialisasikan hasil penelitian mengenai situs neolotik itu. Gunung itu pernah dihuni manusia ratusan tahun sebelum masehi.
“Situs Gunung Srobu merupakan bukti ada aktivitas manusia pada masa lampau di Kota Jayapura,” kata Muhammad Irfan Mahmud, seperti dilansir Kantor Berita Antara, Kamis (10/12/2015).
Ia menjelaskan sisa-sisa peninggalan sejarah menunjukkan Gunung Srobu sudah dihuni orang pada tahun 330 SM. ”Di Srobu banyak cerita yang perlu diketahui, ada peninggalan prasejarah yang perlu dilestarikan. Srobu mulai dihuni pada 330 SM, dan ditinggalkan pada abad ke-6 Masehi. Artinya tempat itu sudah ditinggalkan kurang lebih sembilan abad,” katanya.
Menurut laman Balai Arkeologi Jayapura, situs neolitik Gunung Srobu yang berada di kawasan Teluk Yotefa ditemukan tahun 2014, setelah pencari kerang melaporkan temuan tengkorak manusia ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua. Pada 19 Februari 2014 Tim peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua turun ke lokasi.
Setelah melakukan penggalian, tim menemukan sejumlah materi arkeologi, mulai dari tulang manusia, fragmen gerabah, sampah kerang, alat kerang, fragmen kapak lonjong, fragmen batu pipisan, alat serpih, arang sisa pembakaran, struktur bekas bangunan dan tinggalan megalitik.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap temuan-temuan tersebut, arkeolog menginterpretasikan situs Gunung Srobu adalah situs neolitik dan materi budaya pengaruh penutur Austronesia sampai ke Papua.
Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Muhammad Irfan Mahmud, menyosialisasikan hasil penelitian mengenai situs neolotik itu. Gunung itu pernah dihuni manusia ratusan tahun sebelum masehi.
“Situs Gunung Srobu merupakan bukti ada aktivitas manusia pada masa lampau di Kota Jayapura,” kata Muhammad Irfan Mahmud, seperti dilansir Kantor Berita Antara, Kamis (10/12/2015).
Ia menjelaskan sisa-sisa peninggalan sejarah menunjukkan Gunung Srobu sudah dihuni orang pada tahun 330 SM. ”Di Srobu banyak cerita yang perlu diketahui, ada peninggalan prasejarah yang perlu dilestarikan. Srobu mulai dihuni pada 330 SM, dan ditinggalkan pada abad ke-6 Masehi. Artinya tempat itu sudah ditinggalkan kurang lebih sembilan abad,” katanya.
Menurut laman Balai Arkeologi Jayapura, situs neolitik Gunung Srobu yang berada di kawasan Teluk Yotefa ditemukan tahun 2014, setelah pencari kerang melaporkan temuan tengkorak manusia ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua. Pada 19 Februari 2014 Tim peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua turun ke lokasi.
Setelah melakukan penggalian, tim menemukan sejumlah materi arkeologi, mulai dari tulang manusia, fragmen gerabah, sampah kerang, alat kerang, fragmen kapak lonjong, fragmen batu pipisan, alat serpih, arang sisa pembakaran, struktur bekas bangunan dan tinggalan megalitik.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap temuan-temuan tersebut, arkeolog menginterpretasikan situs Gunung Srobu adalah situs neolitik dan materi budaya pengaruh penutur Austronesia sampai ke Papua.
Pelestarian
Peneliti situs Gunung Srobu, Erlin Novita Idje Djami, mengatakan hasil-hasil penelitian mengenai situs Gunung Srobu disosialisasikan agar masyarakat menyadari keberadaan warisan budaya tersebut dan terlibat dalam pelestariannya.
“Termasuk ingin mendorong masyarakat mempunyai rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberadaan dan kelestarian situs dan objek budaya tersebut,” katanya.
Pemerintah bersama masyarakat setempat juga, menurut Erlin, bisa mengelola dan mengembangkan situs tersebut sebagai objek wisata sejarah.
“Kalau situs Gunung Srobu ini diperhatikan dan dikelola dengan bijak maka akan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan pemerintah daerah,” katanya.
Sumber : Antara
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar