Kabupaten Banyuwangi berhasil menorehkan prestasi membanggakan bagi dunia pariwisata Indonesia. Kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini, berhasil meraih penghargaan dari Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/UNWTO) dalam ajang "12th UNWTO Awards Forum" di Madrid, Spanyol, Rabu (20/1) malam waktu setempat.
Banyuwangi menyabet UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori ”Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola” dengan mengalahkan nominator lainnya dari Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.
Selain Banyuwangi, juara lainnya datang dari Lithuania untuk kategori ”Inovasi Dunia Usaha”, Nepal untuk ”Inovasi Organisasi Non-Pemerintah”, dan Brazil untuk kategori ”Inovasi Riset dan Teknologi Pariwisata”. Para juara itu menyisihkan 109 program lainnya dari negara-negara anggota UNWTO di seluruh dunia.
Bupati Banyuwangi terpilih, Abdullah Azwar Anas, mengatakan, penghargaan ini bermakna strategis, terutama dalam mengangkat citra pariwisata Indonesia di mata dunia. Setelah aksi terorisme belum lama ini, lanjut dia, pariwisata Indonesia dikhawatirkan dibayang-bayangi penurunan jumlah kunjungan wisatawan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas |
"Dengan penghargaan ini, Kementerian Pariwisata dan semua daerah bisa bersama-sama menunjukkan ke dunia bahwa pariwisata Indonesia terus berkembang, tetap aman karena semua stakeholder sama-sama menjaganya,” kata Anas dalam siaran persnya, Kamis (21/1).
Anas memaparkan, dalam lima tahun terakhir, sektor pariwisata di Banyuwangi memang terus menggeliat. Kunjungan wisatawan nusantara melonjak 161 persen dari 651.500 orang (2010) menjadi 1.701.230 orang (2015). Adapun wisatawan mancanegara meningkat 210 persen dari kisaran 13.200 (2010) menjadi 41.000 (2015).
"Data wisatawan ini diverifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata," papar Anas.
Empat Strategi Kunci
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda, menambahkan, Banyuwangi mendapat penghargaan UNWTO karena pemerintah daerah dinilai berhasil menggerakkan pariwisata.
Gunung Ijen |
Menurut Bramuda, pemkab Banyuwangi menjalankan empat strategi kunci pariwisata. Pertama, menjadikan daerah sebagai ”produk” yang mesti dipasarkan potensi wisatanya.
"Dengan paradigma itu, birokrasi juga ikut menjadi tenaga pemasar alias salesman/salesgirl bagi pariwisata daerah," jelas Bramuda.
Kedua, memilih strategi pemasaran yang tepat. Banyuwangi menawarkan adventure dan experience yang berbeda dengan daerah lain. Adventure untuk wisata alam. Adapun experienceuntuk wisata budaya dan wisata event lewat Banyuwangi Festival.
Ada tiga segmentasi wisatawan yang dibidik, yaitu kaum perempuan, anak muda, dan pengguna internet (netizen).
Tiga segmen konsumen itu punya pasar yang sangat besar. Jumlah perempuan di Indonesia ada 120 juta jiwa. Jumlah anak muda (16-30 tahun) hingga 62 juta jiwa. Pengguna internet 82 juta. Ketiga segmen pasar tersebut saling beririsan. Namun, ketiganya tetap memerlukan pendekatan pemasaran yang spesifik.
”Karena itu, dalam Banyuwangi Festival setiap tahun ada acara yang sesuai segmentasi wisatawan. Ada festival musik jazz, batik, olahraga, dan sebagainya, yang mendekati masing-masing segmen secara spesifik,” kata Bramuda.
Ketiga, inovasi berkelanjutan, seperti membuat ikon dan destinasi baru, di antaranya pembangunan bandara berkonsep hijau yang tahun ini tuntas, pengembangan Grand Watudodol dan rumah apung di kawasan Bangsring, sinergi dengan BUMN membangun dermaga kapal pesiar di Pantai Boom, dan sebagainya.
"Selain itu, inovasi juga dilakukan dengan pemasaran menggunakan aplikasi di smartphone," kata Bramuda.
Keempat, pengelolaan pariwisata event (event tourism) lewat Banyuwangi Festival yang memperkenalkan potensi lokal kepada publik luar sekaligus menarik kunjungan wisatawan.
”Banyuwangi Festival digelar sejak 2012. Ini ajang festival berbasis wisata alam, budaya, dan olahraga yang berlangsung setahun penuh. Dalam setahun ada sekitar 35 event wisata,” kata Bramuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar