#Insight - Orang Indonesia, terutama yang bertempat tinggal di perkotaan, rupanya menggemari konsumsi berita melalui telepon genggam mencapai 96% secara persentase. Angka tersebut tertinggi dibandingkan media lainnya, seperti televisi 91%, surat kabar 31%, radio 15%, dan lainnya.
Temuan ini merupakan hasil riset global GfK di lima kota besar di Indonesia mencakup 1521 panelis yang ditanam melalui perangkat mereka dan 775 responden yang dilakukan interview langsung.
Dipaparkan, pembaca berita online cenderung didominasi oleh kelompok usia 33 sampai 42 tahum dan sedikit lebih banyak pembaca pria daripada wanita. Dari segi status sosial ekonomi, ternyata lebih banyak golongan SES A dan B.
Yang menarik, dalam laporan tersebut, kebanyakan dari mereka mengonsumsi berita setiap minggu dengan persentase 60%, lalu sisanya 24% membaca online setiap hari.
Waktu yang menjadi pilihan favorit konsumsi juga bervariasi. Pada Senin sampai Jumat, puncak konsumsi berita terjadi pada pukul 12.00-15.00, tepat jam istirahat makan siang.
Pada Sabtu, puncaknya sedikit bertambah panjang dari pukul 12.00-18.00, dan pada Minggu bertambah jadi 12.00-21.00.
Dari 11 kategori berita yang diteliti, rupanya konten berita hiburan dan isu sosial paling populer. Masing-masing persentasenya mencapai 73% dan 70%. Di luar dua topik tersebut, adalah konten politik/pemerintah 49%, olah raga 48%, agama 32%, sains 30%. Selebihnya, kecantikan, edukasi, bisnis/ekonomi, liburan, dan hobi dengan porsi masing-masing dibawah 30%.
"Kami selaku praktisi industri antusias terhadap hasil temuan ini. Kemajuan teknologi telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi informasi. Kami lihat itu sebagai opportunity untuk menyuguhkan konten yang tepat dengan cara yang tepat. Ini perlu disikapi oleh praktisi marketing agar dapat berkomunikasi dengan target pasarnya dengan moda yang relevan," ujar Ketua Indonesian Digital Association (IDA) Edi Taslim, Rabu (16/3/2016).
Triawan Munaf Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menambahkan industri periklanan termasuk salah satu dari 16 subsektor yang dibawahi oleh Bekraf. Dengan adanya hasil riset ini, pihaknya berharap agar para kreator dapat terus berkreasi dan pintar dalam memanfaatkan teknologi.
"Hasil riset ini memberikan manfaat bagi pelaku periklanan menjadi lebih strategik dalam membidik target pasarnya agar tepat sasaran. Pendekatan yang tepat sangat berguna untuk menunjang keberhasilan dalam berbisnis," ujarnya.
Temuan ini merupakan hasil riset global GfK di lima kota besar di Indonesia mencakup 1521 panelis yang ditanam melalui perangkat mereka dan 775 responden yang dilakukan interview langsung.
Dipaparkan, pembaca berita online cenderung didominasi oleh kelompok usia 33 sampai 42 tahum dan sedikit lebih banyak pembaca pria daripada wanita. Dari segi status sosial ekonomi, ternyata lebih banyak golongan SES A dan B.
Yang menarik, dalam laporan tersebut, kebanyakan dari mereka mengonsumsi berita setiap minggu dengan persentase 60%, lalu sisanya 24% membaca online setiap hari.
Waktu yang menjadi pilihan favorit konsumsi juga bervariasi. Pada Senin sampai Jumat, puncak konsumsi berita terjadi pada pukul 12.00-15.00, tepat jam istirahat makan siang.
Pada Sabtu, puncaknya sedikit bertambah panjang dari pukul 12.00-18.00, dan pada Minggu bertambah jadi 12.00-21.00.
Dari 11 kategori berita yang diteliti, rupanya konten berita hiburan dan isu sosial paling populer. Masing-masing persentasenya mencapai 73% dan 70%. Di luar dua topik tersebut, adalah konten politik/pemerintah 49%, olah raga 48%, agama 32%, sains 30%. Selebihnya, kecantikan, edukasi, bisnis/ekonomi, liburan, dan hobi dengan porsi masing-masing dibawah 30%.
"Kami selaku praktisi industri antusias terhadap hasil temuan ini. Kemajuan teknologi telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi informasi. Kami lihat itu sebagai opportunity untuk menyuguhkan konten yang tepat dengan cara yang tepat. Ini perlu disikapi oleh praktisi marketing agar dapat berkomunikasi dengan target pasarnya dengan moda yang relevan," ujar Ketua Indonesian Digital Association (IDA) Edi Taslim, Rabu (16/3/2016).
Triawan Munaf Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menambahkan industri periklanan termasuk salah satu dari 16 subsektor yang dibawahi oleh Bekraf. Dengan adanya hasil riset ini, pihaknya berharap agar para kreator dapat terus berkreasi dan pintar dalam memanfaatkan teknologi.
"Hasil riset ini memberikan manfaat bagi pelaku periklanan menjadi lebih strategik dalam membidik target pasarnya agar tepat sasaran. Pendekatan yang tepat sangat berguna untuk menunjang keberhasilan dalam berbisnis," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar