Kasus
penistaan Al Qur’an, atau penistaan terhadap umat Islam yang berdalil
Al Qur’an, yang dilakukan oleh Ahok memunculkan berbagai pandangan
tentang bagaimana kaum muslimin harus bersikap. Ayat ke-51 surat
al-Maidah yang menjadi obyek kasus seolah menjadi sinar yang
memperlihatkan bentuk loyalitas (perwalian, awliya) kaum muslimin di
Indonesia: siapa berada di pihak mana.
Terkait
loyalitas ini, banyak beredar pula kisah-kisah nasehat yang menggugah
kaum muslimin agar menetapkan loyalitasnya kepada kaum muslimin, kepada
agama islam, kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada kaum agama lain
atau bahkan tuhan lain.
***
Salah
satu kisah tersebut terkait dengan Nabi Ibrahim. Ada dua tokoh binatang
yang menjadi ibrah (pelajaran) dari kisah dibakarnya Nabi Ibrahim oleh
Raja Namrud karena menegakkan tauhid, memurnikan penyembahan hanya
kepada Allah semesta, yaitu : Burung Pipit dan Cicak (Tokek).
Dalam
kisah Burung Pipit diceritakan bahwa saat Nabi Ibrahim dibakar sang
Raja, seekor burung pipit terbang bolak-balik dari sungai ke api yang
menyala. Ia mengambil air dengan paruhnya dan menyiramkannya ke api,
berusaha memadamkannya.
Sebagian makhluk Allah yang menyaksikan pemandangan itu terheran dan bertanya:
“Mengapa
kamu bersusah-payah bolak-balik mengambil air, sedangkan kamu tahu api
besar yang membakar Nabi Ibrahim takkan hilang dengan sedikit air yang
kamu siramkan itu?“
Burung Pipit pun menjawab dengan jawaban yang penuh hikmah:
“Walaupun
aku tahu, aku tidak akan mampu memadamkan api tersebut, namun aku telah
berusaha menegakkan kebenaran dengan segenap kemampuanku. Aku telah
menentukan di mana aku berpihak, menempatkan loyalitas dan pembelaanku.”
***
Kisah
Burung Pipit di atas disandingkan dengan sang Cicak (Tokek) yang dalam
konteks pembakaran Nabi Ibrahim ia justru ikut meniup-niup api agar
semakin panas dan besar. Itulah mengapa sebagian kaum muslimin
mempercayai bahwa cicak atau tokek adalah binatang yang dianjurkan untuk
dibunuh.
Anjuran tadi berdasarkan sebuah hadits dan beberapa hadist lainnya yang senada:
Dari Ummu Syarik –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata,
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak
(wazagh). Beliau bersabda, “Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk
membakar) Ibrahim ‘alaihis salam.” (HR. Bukhari).
Dalam
konteks ini, cicak ditempatkan sebagai tokoh yang berada di pihak yang
zalim, pihak yang melawan kebaikan dan kebenaran Islam.
***
Dalam
kasus penistaan Al Qur’an oleh Ahok, terlihat semakin jelas pihak mana
yang memiliki loyalitas kuat terhadap Islam seperti sang Burung Pipit
dan pihak mana yang memiliki loyalitas kepada orang di luar Islam atau
bahkan sang penista agama.
Anda dipihak mana? Silakan jawab dengan penuh kejujuran.
sumber : blog.al-habib.info/id/.../penistaan-quran-antara-burung-pipit-cicak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar