Seperti apakah wajah Indonesia pada 2045, atau 100 tahun setelah memproklamasikan kemerdekaannya? Berbagai dinamika perubahan dalam lingkup nasional, regional, maupun global di masa depan akan mempengaruhi bangsa Indonesia. Hal ini karena perubahan itu akan menghadirkan tantangan, hambatan, gangguan, bahkan bentuk dan jenis ancaman yang berbeda pula terhadap kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Potensi
Tantangan, hambatan, gangguan, dan ancaman pada 2045 itu tentu harus
diantisipasi oleh seluruh komponen bangsa. Salah satu komponen utama,
yang berkepentingan dengan pertahanan-keamanan dan kelangsungan hidup
bangsa, adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Seperti apa postur TNI
di masa depan, dan bagaimana sumber daya manusia (SDM) di TNI sendiri
mampu menangani berbagai tantangan bangsa pada 2045. Komponen-komponen
bangsa lainnya tentu juga harus mengantisipasi hal yang sama.
Oleh
karena berbagai pertimbangan strategis itulah, Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI membentuk tim kajian untuk menyusun skenario
yang menggambarkan Indonesia di tahun 2045, dengan menggunakan metode
skenario transformatif. Hasil kajian itu dituangkan dalam buku yang
berjudul Skenario Indonesia 2045; Sketsa Peluang dan Tantangan Masa
Depan, yang diluncurkan di Gedung Lemhannas, Jakarta, Senin (14/3). Buku
itu ditulis oleh tim internal Lemhannas RI, yakni Didin S Damanhuri,
Panutan S Sulendrakusuma, Syahrul Ansory dan Timotheus Lesmana W, dan
diluncurkan oleh Gubernur Lemhannas, Budi Susilo Soepandji.
Dalam
buku itu, diungkapkan empat skenario tentang Indonesia 2045. Empat
skenario itu adalah Skenario Mata Air, Skenario Sungai, Skenario
Kepulauan, dan Skenario Air Terjun. Setiap kekuatan penggerak untuk
empat skenario itu ialah faktor demografi, ekonomi, geopolitik, dan
perubahan iklim.
Skenario yang disampaikan itu
bukanlah rencana, visi, prediksi, atau ramalan tentang Indonesia tahun
2045, karena skenario bukan didasarkan pada khayalan. Skenario juga
bukan berdasarkan data kuantitatif, tetapi didasarkan pada kualitatif.
Skenario itu disusun berdasarkan wawancara terhadap sejumlah tokoh
penting bangsa ini, dan apa yang disampaikan adalah pandangan mereka
tentang Indonesia di tahun 2045.
Keempat
skenario tersebut menjadi penting bila kita melihatnya sebagai
peringatan dini (early warning') terhadap kemungkinan-kemungkinan
kondisi bangsa di masa depan. Oleh karena itu, seluruh pemangku
kepentingan harus mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang
digambarkan di setiap scenario, agar bersama-sama dapat menjamin dan
memastikan bahwa tujuan terbentuknya NKRI tetap dapat terwujud.
Skenario Mata Air
Berdasarkan
skenario ini, Indonesia akan diisi oleh generasi baru yang mempunyai
pandangan berbeda dengan generasi pendahulunya. Mereka sangat menghargai
prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan social, serta terbiasa untuk
mengeluarkan pendapat yang mengkritik bagaimana seharusnya kekuasaan
dijalankan.
Saat itu, generasi Z telah matang
dan dominan. Generasi Z adalah orang-orang yang lahir pada rentang waktu
1995-2010. Mereka sangat melek teknologi, sebab sejak kecil sudah
mengutak-atik gadget dan akrab dengan media sosial. Hubungan atau
komunikasi mereka intens dengan bantuan internet.
Pada
2045, penduduk Indonesia didominasi generasi berpendidikan tinggi,
menguasai penggunaan teknologi informasi, bergaul intens dengan
menggunakan media sosial, serta terpapar nilai-nilai global. Generasi
baru itu banyak berasal dari keluarga biasa, yang terpisah jauh dengan
generasi pendahulu pada masa kemerdekaan RI.
Mereka
juga terbiasa memperlakukan semua orang sederajat. Menurut mereka,
mempertahankan NKRI perlu menggunakan prinsip integrasi fungsional
dibandingkan integrasi historis. Yaitu, daerah-daerah yang bergabung
dalam NKRI harus mendapatkan manfaat yang lebih besar, dibandingkan jika
mereka berdiri sebagai negara sendiri.
Pemerintahan
di tingkat pusat berjalan transparan, cepat, dan adil, dengan kualitas
institusi dan SDM yang sudah baik. Namun demikian, kebijakan publik
masih diwarnai oleh pencampuran kepentingan bisnis, politik, dan
birokrasi, sehingga suhu politik sering meningkat. Elite bisnis banyak
menjadi pemimpin di lembaga negara.
Di tingkat
daerah, kualitas institusi dan sumber daya manusia yang masih belum
merata menyebabkan sering terjadi korupsi dan terkadang menghambat
pembangunan. Ini juga menimbulkan gesekan sosial antara putra daerah dan
pendatang, sebagai akibat persaingan untuk memperoleh sumber daya
ekonomi. Ketimpangan antardaerah masih terjadi, sehingga aspirasi
memisahkan diri kadang-kadang masih terdengar.
Indonesia
di 2045 tampak menjadi lebih sejahtera dengan adanya penyebaran
pusat-pusat pertumbuhan, meskipun dinamika politik di tingkat pusat
akibat persinggungan kepentingan bisnis, politik, dan birokrasi masih
tinggi.
Skenario Sungai
Dalam
skenario sungai, yang terjadi adalah Indonesia telah mampu keluar dari
bayang-bayang status “negara gagal” (failed state), karena pada waktu
itu Indonesia telah menjadi negara industri yang cukup maju dengan
struktur ekonomi “belah ketupat.” Jumlah kelas menengah sudah lebih
besar dibandingkan jumlah penduduk miskin maupun konglomerat.
Kemitraan
antara sektor besar, menangah dan kecil berjalan lebih baik. Kemitraan
itu juga didukung oleh infrastruktur, tata ruang, reforma Agraria,
kebijakan fiskal, moneter dan pasar modal yang mendukung.
Hasilnya,
sektor agroindistri berkembang dan terjadi peningkatan kemakmuran di
pedesaan karena dukungan perkembangan Iptek yang lebih tinggi pada
agroindustri. Proses pembangunan sudah relatif berbasis iptek pada
segala tingkatan.
Namun, permasalahan ekonomi yang berdampak
kepada kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial serta korupsi
masih menjadi tantangan yang cukup besar. Juga, masih terjadi konflik
lahan dan buruh yang diberi upah di bawah UMR.
Sementara
itu, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan penduduk besar dan
sangat beragam juga masih menjadi persoalan tersendiri, yang berdampak
secara ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan keamanan.
Skenario Kepulauan
Dalam
skenario kepulauan, yang terjadi adalah Republik Indonesia tetap eksis
di tengah-tengah peradaban modern dunia sebagai bangsa multi-etnis,
multi-kultur dan bangsa yang pluralis, dengan kadar nasionalisme yang
tipis. Bangsa Indonesia semakin tidak menjiwai kesepakatan dasar bangsa
yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Kekuatan
militer Indonesia pun sudah besar, namun belum efektif dan efisien
karena teknologi dan penguasaannya tidak sesuai lagi dengan zamannya.
Pada
saat itu, Indonesia disibukkan dengan pengamanan poros maritim dunia
dan eksplorasi bawah laut, yang dilakukan oleh state dan non-state actor
di luar Indonesia. Regionalisasi pengaturan operasional penerbangan
wilayah udara Indonesia pun masih dikendalikan oleh negara tetangga.
Dampaknya, kedaulatan Indonesia banyak diatur oleh negara lain.
Di
2045, ketahanan nasional RI belum tangguh secara menyeluruh. Pengakuan
regional/internasional atas kapasitas diplomasi RI juga belum tinggi,
yang berujung pada sulitnya RI memperjuangkan kepentingan nasionalnya di
forum internasional.
Skenario Air Terjun
Adapun
skenario air terjun adalah Indonesia sudah mulai dengan perencanaan
pembangunan yang berbasis rendah karbon, dan mengadaptasi pemanfaatan
ruang berdasarkan penataan ruang wilayah yang baik. Pemerintah secara
bertahap mencoba meninggalkan praktik pengambilan keputusan yang
berdasarkan pada keuntungan jangka pendek, dan lebih mencoba cara-cara
yang ramah lingkungan.
Pembangunan yang
dilakukan telah memperhatikan prinsip-prinsip tujuan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development goals), yaitu keberlanjutan
lingkungan hidup (environmental sustainability), keberlanjutan ekonomi
(economic sustainability), dan keberlanjutan sosial (social
sustainability). Sektor swasta telah berperan aktif dalam pembiayaan
program pembangunan berkelanjutan, melalui konsep perbankan hijau (green
banking) dan pembiayaan hijau (green financing).
Namun
pada saat itu, Indonesia akan mengalami defisit pangan. Krisis pangan
itu akan menimbulkan terjadinya letupan-letupan di berbagai daerah.
Namun letupan tersebut dapat dimitigasi karena kedaulatan pangan
dijadikan fokus utama dalam mengelola ketahanan pangan. Misalnya,
melalui pola pengembangan usaha petani dalam bentuk struktur yang lebih
sesuai. Low carbon development menjadi strategi utama yang dilakukan
guna meningkatkan ketahanan energi di dalam negeri.
Peringatan Bagi Komponen Bangsa
Fungsi
yang sangat penting dari Skenario Indonesia 2045 ialah peringatan bagi
semua komponen bangsa, khususnya TNI, mengenai apa yang bisa terjadi
dengan bangsa Indonesia di masa depan. Maka, gambaran tentang berbagai
kemungkinan Indonesia di 2045 itu harus diantisipasi oleh para pemangku
kepentingan, untuk memastikan bahwa tujuan dibentuknya NKRI tetap dapat
tercapai di masa depan.
Indonesia selama ini
lemah atau masih kurang tanggap, dalam mengantisipasi berbagai situasi
konflik dan perubahan di dalam tatanan keamanan regional dan
internasional. Kelemahan kita terlihat dalam melakukan antisipasi
gelombang isu transnasional, seperti: demokratisasi, keterbukaan, hak
asasi manusia, dan lingkungan hidup.
Padahal
isu-isu ini telah mengubah nilai-nilai, pola hidup, serta kebiasaan yang
ada di tanah air, yang belum tentu cocok dengan falsafah dan konstitusi
negara Indonesia. Implikasinya, hal-hal ini berpotensi menimbulkan
benturan kepentingan, yang bisa mengarah ke ancaman disintegrasi bangsa.
Singkatnya,
jika kita mengamati dinamika global, regional, maupun nasional, maka
kita dapat melihat ancaman yang sedang dan akan mengancam kedaulatan dan
keutuhan NKRI. Meliputi ancaman ideologi, seperti melunturnya wawasan
dan etos kebangsaan. Lalu, ancaman politik, seperti melemahnya otoritas
negara dan meningkatnya derajat kebebasan yang nyaris tanpa batas. Juga,
mengentalnya nilai-nilai feodalisme, kuatnya upaya berburu kekuasaan,
fanatisme golongan, dan instabilitas pemerintahan.
Selain
itu, ada ancaman ekonomi, meliputi sistem ekonomi kapitalis
(neoliberalisme) yang menyebabkan perekonomian nasional dikuasai
kekuatan modal asing, dan ketergantungan pada bantuan ekonomi asing. Ada
lagi, ancaman sosial budaya, seperti makin merebaknya paham
materialisme, konsumerisme, hedonisme, permisifisme, dan individualisme.
Belum lagi menyebut pelanggaran hukum, seperti korupsi, penggelapan
pajak, serta sindikasi pengedaran narkoba yang semakin meluas
operasinya.
Di bidang religius, ada ancaman
radikalisme agama dengan adanya upaya mengadu-domba antar umat beragama
dan internal umat beragama. Hal ini telah mengganggu kerukunan hidup
umat beragama. Ditambah lagi, ancaman hankam, seperti: separatisme,
terorisme, masalah aneksasi dan penyerobotan wilayah perbatasan, dan
penguasaan oleh negara tetangga.
Pendidikan SDM TNI
Mengingat
kurangnya kemampuan dalam memprediksi perubahan lingkungan strategis,
ditambah dinamika perubahan di dalam negeri, maka peran yang dapat
dilakukan oleh TNI baik sebagai kekuatan pertahanan, kekuatan moral,
maupun kekuatan kultural, dalam melaksanakan Sishan(kam)rata, harus
dilakukan dengan membangun postur SDM TNI masa depan. SDM TNI masa depan
itu harus mumpuni, didukung oleh sistem pembinaan jati diri TNI yang
profesional, sistem pendidikan yang modern, kesejahteraan prajurit yang
memadai, serta sistem pembinaan kemanunggalan TNI-Rakyat yang baik.
Untuk
mendapatkan profil prajurit masa depan yang modern dan profesional,
harus dimulai dari skema perekrutan yang baik, lengkap, dan canggih. TNI
perlu melakukan peninjauan kembali secara lengkap, mulai dari perumusan
organisasi, personel, dan material/logistik, agar sinkron satu dengan
lainnya, sehingga dalam pelaksanaan rekrutmen calon Taruna Akmil, mereka
memiliki kualitas dengan standar yang prima.
Pembentukan
kelompok kerja atau komite khusus, yang bertujuan membangun cetak biru
perubahan untuk dilaksanakan secara bertahap, sistematis, lengkap dan
berkesinambungan, perlu dilakukan di dalam sistem rekrutmen TNI saat
ini. Hal-hal yang perlu ditinjau ulang itu meliputi definisi, kriteria,
standar kualitas, dan berbagai macam alat tes rekrutmen, dan sebagainya.
Sistem
seleksi atau penyediaan personel calon Taruna Akmil yang berorientasi
masa depan merupakan titik kritis, dalam proses pembentukan perwira
militer TNI. Profil calon Taruna Akmil masa depan harus bersumber dari
talenta Indonesia asli yang berkualitas, melalui serangkaian program dan
kampanye yang terukur. Program dan kampanye ini harus mampu menarik
talenta dan sumber daya terbaik dari seluruh Nusantara.
Selanjutnya,
melalui serangkaian proses dan sistem seleksi yang canggih, modern, dan
terintegrasi, lembaga TNI dapat melakukan identifikasi DNA calon Taruna
Akmil yang unggul. Rekrutmen itu harus terlepas dari politik uang,
sponsor, serta dinasti dari pihak tertentu.
Sistem
pendidikan perwira hari ini akan menentukan kualitas pimpinan TNI di
masa depan. Oleh karena itu, sistem pendidikan perwira harus mendapat
alokasi anggaran yang lebih besar dan perhatian dari pimpinan TNI.
Sehingga, pendidikan itu didukung oleh tenaga pendidik, kurikulum,
praktisi SDM profesional, sarana pendukung dan lingkungan yang modern,
dan metode yang baik, sesuai kebutuhan militer di waktu mendatang.
Perubahan
kurikulum pendidikan perwira TNI dengan basis teknologi, yang sudah
berkembang dengan begitu menakjubkan, dan military science modern, harus
mampu membentuk perwira TNI sebagai prajurit sejati yang profesional,
untuk dapat menjawab tantangan multidimensional di masa depan.
Dengan
dilakukannya serangkaian perubahan fundamental dalam proses, sistem,
dan program SDM di tubuh TNI, Indonesia berarti telah melakukan sebuah
investasi awal, untuk dapat mengantisipasi perubahan di lingkungan
strategis dan mampu menghadapi potensi ancaman dari negara-negara
tetangga atau lingkungan sekitar. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan selalu
bersama prajurit TNI, dalam menjaga kedaulatan dan kehormatan seluruh
rakyat, bangsa dan NKRI.
Ivan Taufiza dan Satrio Arismunandar (Majalah DEFENDER, Juli 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar