Sejarah bukanlah semata-mata penulisan tentang tempat dan tahun suatu peristiwa terjadi, tetapi ia lebih bermakna dari itu semua. Sejarah tidak bisa terlepas dari sebuah ideologi. Bisa dikatakan bahwa catatan sejarah yang ada saat ini adalah catatan pergulatan ideologi. Karena hampir tak bisa dipisahkan antara ideologi sang penulis dengan hasil catatan sejarahnya.
Sejarah adalah landasan dari
ilmu pengetahuan lainnya. Apabila ideologi suatu sejarah adalah sekuler
maka otomatis ilmu lainnya pun akan sekuler. Materi sejarah yang
diajarkan saat ini adalah materi sejarah sekuler, yaitu ilmu sejarah
yang menihilkan peran agama dalam sejarah manusia. Suatu ilmu yang
menganggap bahwa Tuhan sudah pensiun dalam ilmu sejarah. Mereka menolak
semua sejarah yang mengikutsertakan Tuhan, seperti sejarah para Nabi dan
Rasul.
Dalam buku History of The World,
terlihat sekali bahwa mereka menolak sejarah para Nabi. Mereka mengakui
bahwa para Nabi itu memang ada, tapi mereka tak mau menyebutnya sebagai
Nabi. Sebagai contoh, mereka menyebut ajaran Muhammad itu sebagai
Muhammadisme, bukan sebagai agama Islam. Kemudian menyebut Al-Qur’an dan
hadits sebagai Muhammadan Yurispruden (hasil keputusan Muhammad).
Mereka menuliskan demikian karena saking tidak percayanya bahwa sejarah
itu dipengaruhi Tuhan.
***
Sekulerisasi
sejarah terlihat dengan jelas dalam teori sejarah manusia yang
mengatakan bahwa asal-usul manusia itu adalah dari kera. Teori
Darwinisme yang diterima hampir di seluruh dunia dan diajarkan di
bangku-bangku sekolah ini, tak pernah mengakui bahwa manusia yang
pertama kali diciptakan adalah Adam as yang sudah berwujud sebagai
manusia sempurna, bukan manusia kera.
Sekulerisasi
sejarah juga terjadi di Indonesia. Untuk menutupi fakta bahwa Adam as
adalah manusia yang pertama di dunia, mereka mengatakan bahwa asal-usul
manusia Indonesia adalah berasal dari Meganthropus Javanicus. Fosil
manusia purba yang ditemukan oleh Von Koenigswald ini diyakini hidup di
Indonesia sekitar sejuta tahun yang lalu, padahal Nabi Adam as hidup
sekitar 8000 tahun yang lain. Dengan kata lain, ditanamkan keyakinan
bahwa Meganthropus Paleojavanicus lebih dulu ada daripada Nabi Adam as.
Atau Adam bukanlah manusia yang pertama kali ada di dunia ini. Alias
orang Jawa lebih dulu ada daripada Adam as. Mereka tak mengakui Adam as,
tak mengakui bahwa manusia sudah diciptakan sempurna sebagai manusia,
bukan sebagai hasil evolusi dari kera.
Teori
Darwinisme yang diperjuangkan mati-matian oleh kaum sekuler ini
sebenarnya memiliki banyak kelemahan, tetapi tetap dipertahankan hingga
saat ini. Karena berdasarkan teori inilah mereka menolak keberadaan
Nabi, menolak sejarah yang memiliki intervensi dari Tuhan.
Salah
satu bukti kelemahan teori Darwin adalah tentang profil manusia yang
berbulu. Bahwa penemuan fosil adalah penemuan tulang semata. Darimana
mereka mengetahui bahwa kulit yang menyelubungi tulang tersebut berbulu
mirip kera?
Apa yang membedakan tulang yang berbulu dengan
yang tak berbulu?, tak bisa dibuktikan secara ilmiah. Penggambaran
manusia purba yang berbulu tersebut semata-mata karena terpengaruh teori
Darwin, terpengaruh ideologi yang meyakini bahwa tak ada campur tangan
Tuhan dalam sejarah. Untuk menghilangkan jejak bahwa manusia yang
pertama diturunkan dari surga sudah berwujud sempurna sebagai manusia.
***
Disamping
mengagungkan teori Darwin, mengagungkan ras kera, sekulerisasi sejarah
di Indonesia juga terlihat dari pelaku tokoh utama sejarah yang tidak
ada kaitannya dengan agama. Mereka mengagungkan Ken Arok, Ken Dedes,
Hayam Wuruk, Airlangga, dan lain-lain. Jika ada tokoh Islam yang
diangkat, maka tokoh Islam tersebut disebut tanpa pelibatan agama,
tetapi semata-mata pengungkapan tahun dan peristiwa saja.
Mereka
berusaha menanamkan paham nasionalisme, dalam arti para tokoh Islam
yang berjuang mengusir penjajah itu semata-mata berjuang demi
kepentingan negara, tak ada kaitannya dengan keyakinan agama yang
dianut. Sebagai contoh nyata adalah sejarah Pangeran Diponegoro. Seorang
yang dari penampilannya saja sudah terlihat begitu relijius, memakai
surban yang saat itu belum familiar di masyarakat, tetapi disebutkan
bahwa perjuangan Diponegoro adalah semata-mata perjuangan demi tanah
leluhurnya yang diserobot. Selama ini cerita mengenai Pangeran
Diponegoro selalu hanya dikait-kaitkan kemarahannya karena Belanda
mematok tanah leluhurnya di Tegalrejo secara semena-mena. Dalam berbagai
naskah yang ditulis mengenai Pangeran Diponegoro, tak pernah
diungkapkan bahwa perjuangan Pangeran Diponegoro dilandasi oleh semangat
Jihad fi Sabilillah. Semangat untuk menerapkan hukum Allah di tanah
Jawa. Panglima pasukan Pangeran Diponegoro yang seorang Kyai yaitu Kyai
Mojo pun, dinihilkan motivasi utamanya untuk berjuang. Semua perjuangan
dinyatakan dilandasi oleh semangat bela negara saja, tak ada yang
namanya semangat keagamaan berupa Jihad fi Sabilillah.
***
Sejarah
Indonesia juga digambarkan sebagai sejarah kemenangan orang-orang
sekuler. Agama tak diberi ruang dalam sejarah negeri ini. Pengajaran di
buku-buku pelajaran sejarah tidak pernah melibatkan unsur agama.
Usaha
untuk menyingkirkan peran Islam dalam sejarah Indonesia ini bukanlah
tanpa kesengajaan. Usaha ini sudah dipikirkan sedemikian matang oleh
para sejarawan barat yang pertama kali menuliskan sejarah negeri ini.
Bisa dikatakan bahwa awal mula sejarah Indonesia adalah sejarah
berdasarkan catatan para sejarawan Belanda. Kemudian catatan tersebut
diyakini sebagai kebenaran sejarah Indonesia. Padahal mereka menuliskan
sejarah Indonesia dilandasi oleh kepentingan mereka sendiri.
Para
aktor intelektual dalam penanaman sejarah sekuler Indonesia diantaranya
adalah Thomas Stanford Raffles yang menulis buku History of Java.
Raffles sedemikian gigih melakukan ekskavasi candi Borobudur dan
Prambanan beserta candi-candi yang lainnya untuk menunjukkan bahwa masa
kejayaan bangsa Indonesia adalah masa Hindu-Budha. Raffles berusaha
memutuskan mata rantai kerajaan Islam yang pernah berjaya di Indonesia.
Raffless berusaha menutupi fakta bahwa Kerajaan Islam-lah yang bisa
menyatukan negeri ini. Dengan menyiapkan dana yang sangat besar, Raffles
melakukan ekskavasi candi-candi yang ada di Indonesia. Kebijakan
ekskavasi candi-candi ini pun dilanjutkan oleh para pemimpin Indonesia
selanjutnya, termasuk pemimpin pribumi di masa pasca kemerdekaan.
Bahwa
kerajaan Islam yang berkontribusi terhadap penyatuan negeri ini tak
pernah diakui Raffles. Padahal sejarah membuktikan kerajaan-kerajaan
Islam yang bercorak maritim dan mengandalkan laut sebagai alat
transportasi utama inilah yang berhasil membuat jalur-jalur perdagangan
baru sebagai cikal bakal rasa persatuan karena senasib dan
sepenanggungan. Kerajaan Hindu Budha yang berada di pelosok hutan tak
pernah mengandalkan jalur laut. Hal ini menyebabkan terbatasnya
komunikasi mereka dengan dunia luar. Tak adanya rasa persatuan dengan
daerah lain. Fakta ini tak pernah diakui oleh Raffles. Tentu saja karena
Raffles punya kepentingan untuk menutupi sejarah Islam di negeri ini.
Menutupi kontribusi ummat Islam yang sangat besar terhadap keberadaan
Indonesia.
Disamping Raffles, sejarawan lain
yang begitu gigih menutupi masa-masa kejayaan kerajaan Islam di negeri
ini adalah Snouck Hurgronje, Van Vollenhoven, dan lain-lain. Mereka
memiliki kepentingan yang sama yaitu menancapkan sejarah Indonesia yang
sekuler.
Selama ini para sejarawan Indonesia
mengklaim bahwa penulisan sejarah Indonesia saat ini adalah berdasarkan
obyektifitas yang berdasarkan pendekatan ilmiah. Akan tetapi ternyata
klaim ini sulit sekali untuk bisa dibuktikan kebenarannya. Terlihat
sekali bahwa apa yang diakui berada dalam ranah ilmiah pun pada akhirnya
mencerminkan ideologi yang dipegangnya yaitu ideologi sekuler. Bahwa
penulisan sejarah tanpa misi dan ideologi adalah suatu hal yang
mustahil. Selama berabad-abad kita dicekoki sejarah versi sekuler.
***
Islam
memliki perhatian yang cukup besar terhadap sejarah. Bahkan sepertiga
Al-Qur’an berisi tentang sejarah, kisah orang-orang terdahulu. Sejarah
dalam Islam memiliki kedudukan yang penting karena dari sanalah sebuah
ideologi ditanamkan.
Sejarah Islam adalah
sejarah yang mengakui adanya intervensi Tuhan dalam kehidupan manusia.
Sejarah yang mengakui adanya Nabi dan Rasul yang membawa ajaran dari
Tuhan. Sejarah Islam di Indonesia bermula dari masuknya agama Islam ke
negeri ini yaitu pada abad ke-7. Saat itu ajaran Islam mampu hidup
berdampingan dengan agama Hindu Budha yang telah ada lebih dulu di
negeri ini.
Islam berkembang dengan cepat dan
dipeluk oleh mayoritas rakyat negeri ini, akan tetapi sejarahnya seakan
ditutup-tutupi, tak diakui kontribusinya. Bahwa persatuan dalam
perjuangan mengusir penjajah adalah berasal dari semangat keIslaman pun
tak diakui. Begitu banyak mata rantai sejarah Islam yang diputuskan di
negeri ini. Kaum sekuler berusaha menutupi kecemerlangan sejarah Islam
di negeri ini.
Adalah kewajiban kita semua untuk kembali menggali dan mengangkat sejarah Islam di negeri ini.
*Sumber :
artikel Antara Sejarah dan Ideologi karya Widi Astuti – dilakukan pengeditan seperlunya.
artikel Antara Sejarah dan Ideologi karya Widi Astuti – dilakukan pengeditan seperlunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar