Mengutip peribahasa Cina yang berbunyi “One disease, long life. No disease, short life”, penulis Benjamin Hoff menjelaskan makna dibaliknya yaitu “mereka yang tahu apa kesalahan yang terjadi dan mengatasinya akan cenderung hidup lebih lama daripada mereka yang menganggap dirinya bahagia dan mengabaikan kelemahannya.”
Geoffrey James penulis blog populer “Sales Source on Inc.com” dan buku Business Without the Bullsh*t, menilai bahwa makna peribahasa tersebut sangat tepat bagi para pelaku bisnis dan bisnis mereka.
James mengatakan bahwa perusahaan yang menikmati tahun-tahun pertumbuhan dan kesuksesan – tanpa setidaknya beberapa tahun krisis keuangan serius – hampir selalu jatuh karena kekuatannya sendiri. Bagaimana bisa?
Ambil contoh Microsoft. Ketika masa pensiun Steve Ballmer diumumkan, Microsoft mulai secara konstan menahan diri untuk mengembangkan pasar baru dengan memfokuskan segalanya untuk Windows. Keraguan untuk menciptakan hal baru di Microsoft sangatlah masuk akal karena Windows selama ini menjadi produk software paling sukses dalam sejarah. Mengapa harus mengganggu kesuksesan besar yang terjadi sekali dalam sejarah ini? Mungkin begitu pikir mereka.
Namun, sekarang sangat sulit bagi CEO baru Microsoft untuk membuat perusahaannya berhenti memikirkan Windows dan mengajaknya memulai sesuatu yang baru. Dari contoh ini sayangnya kekuatan menjadi sebuah kelemahan bagi Microsoft.
Akan sangat berbeda dengan perusahaan yang sudah berada dalam masa krisis. Lebih mudah bagi kita untuk melakukan lompatan keyakinan ketika kita sedang berada di dalam jurang yang dalam menurut James. Misalnya saja sukses besar Apple (revolusi iPod/iTunes) setelah strategi Macintosh/NeXT tidak mengalami pertumbuhan.
Hal serupa berlaku juga untuk para pelaku bisnis. Pengusaha terbaik adalah mereka yang mengalami kegagalan setidaknya sekali dan mempelajari kegagalannya. Jadi, kegagalan mengajarkan kita untuk mengidentifikasi kelemahan dan menggunakannya sebagai sebuah keuntungan.
Kesuksesan memang sepatutnya dirayakan, tapi jangan sampai terlena. Kegagalan sebenarnya tidak selalu buruk tergantung bagaimana seseorang menyikapinya. Berikut sepuluh alasan mengapa kita harus mencintai kegagalan:
Kegagalan mengajari lebih banyak hal daripada kesuksesan, terutama mengajarkan tentang diri kita
Kegagalan memperbarui kerendahan hati kita dan mempertajam objektivitas
Kegagalan menciptakan peluang untuk mencoba ide baru
Kegagalan menolong kita untuk mengoreksi diri agar fokus pada target
Kegagalan membuat kita makin dewasa dan lebih tabah
Kegagalan mengingatkan kita untuk lebih baik kepada diri sendiri dan orang di sekitar
Kegagalan merupakan “lencana keberanian” karena kita berani mengambil risiko
Kegagalan mengembangkan emosi penting, misalnya kesabaran
Kegagalan mengingatkan kita untuk tidak mudah tersinggung atau menanggapi sesuatu terlalu serius
Kegagalan mengingatkan harga diri kita tentang siapa kita bukan tentang apa yang kita lakukan
Beranikah Anda untuk gagal?
Sumber :
http://www.marketing.co.id/berharganya-kegagalan-berbahayanya-kesuksesan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar