Alun-alun atau tanah lapang bisa kita jumpai disetiap bagian kota dan kabupaten hampir di seluruh Indonesia. Alun-alun biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan yang melibatkan banyak massa, misalnya untuk upacara hari besar, perhelatan akbar, ataupun kegiatan bersifat kemasyarakatan lainya. Dan pada umumnya alun-alun berbentuk tanah lapang yang berada di pusat kota.
Khusus di Tanah Jawa, keberadaan alun-alun mempunyai karakteristik yang hampir sama bahkan bisa dikatakan sama. Semua mengacu pada bentuk alun-alun dari jaman kerajaan masa lalu.
Di tengah-tengah terdapat pohon beringin besar yang diberi pagar, yang mempunyai makna bahwa seorang pemimpin itu harus bisa memberi pengayoman kepada rakyatnya.
Alun-alun (konon diambil dari kata “alunan”) memuat filosofi sangat mendalam, sebagai wahana pertemuan gelombang berdimensi mikro- dan makrokosmos kehidupan. Apabila manusia diasumsikan sebagai mahluk mikrokosmos (hidup di alam konkret yang imanen) maka ada dimensi lain di luar manusia (kehidupan alam abstrak yang transenden). Kedua alunan gelombang itu berinteraksi secara intens setiap saat. Intensitas ini akan menjadi makin harmonis jika tersedia momentum dan ruang publik, tempat manusia dari berbagai kalangan dapat bertemu, bersenda gurau, dan beraktivitas secara massal. Alun-alun kota adalah tempat yang dirancang untuk mempertemukan alunan gelombang kosmis itu.
Besar dan dalamnya filosofi yang terkandung dalam keberadaan alun-alun, semoga dapat senantiasa terjaga dan menjadi satu kebanggaan bagi masyarakat.
****
Alun-alun menjadi ikon dan landmard kota. Pun demikian dengan Alun-alun Blora. Berada di pusat kota dan dikelilingi tempat-tempat penting, seperti Masjid Agung Baitun Nur dan Pendopo Bupati.
Alun-alun Blora mempertemukan beberapa jalan protokol di Blora, seperti Jalan Pemuda, Jalan Mr Iskandar, juga Jalan RA Kartini, jalan-jalan yang menjadi pusat bisnis dan perdagangan di Kabupaten Blora.
Di dekat Alun-alun Blora, terdapat Kompleks Koplakan yang menjadi pusat kuliner makanan khas Blora, Pasar Gedhe Blora dan Kompleks Makam Sunan Pojok.
Siapa Sunan Pojok tersebut?
Dari data yang diperoleh, makam Sunan Pojok adalah makam Surobahu Abdul Rohim. Seorang Perwira di Mataram yang berhasil memadamkan kerusuhan di pesisir utara (Tuban). Sekembalinya dari Tuban, jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa Pojok, Blora. Karenanya Pangeran Surobahu Abdul Rohim dikenal pula dengan sebutan Pangeran Pojok. Makam Sunan Pojok sampai sekarang masih dipelihara dan menjadi salah satu tujuan wisata religi di Blora.
Seperti halnya alun-alun yang lain di Jawa, Alun-alun Blora juga menawarkan berbagai keindahan. Menjadi tempat berkumpulnya masyarakat (community centre) dan menjadi tempat hiburan di momentum tertentu. Seperti perayaan tahun baru, lebaran, Hari Ulang Tahun Blora, hingga perayaan Festival Barong Nusantara dan juga panggung hiburan.
Disetiap malam, Alun-alun Blora menjadi tempat favorit masyarakat Blora dari sekedar kongkow dengan teman dan kerabat sambil menikmati berbagai menu makanan khas Blora hingga berbagai aktifitas kreatif dari anak muda Blora.
Bagi siapapun yang datang berkunjung ke Blora, bila tidak datang ke Alun-alun Blora sambil menikmati berbagai keramaiannya, maka belumlah sah datang ke Blora.
Selamat menikmati Blora.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar