Media sosial Indonesia telah diwarnai berbagai isu mulai dari suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) hingga politik dalam beberapa waktu belakangan. Tak hanya membahas hal-hal positif, berita-berita hoax juga tersebar di seluruh lini masa netizen.
Menurut penelitian di Stanford University mengenai pengaruh media sosial dan berita hoax pada Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2016, berita hoax dan palsu yang berkaitan dengan politik memang muncul mendekati masa kampanye atau pemilihan. Jika diamati, hal yang sama juga terjadi di Indonesia.
Menurut BBC, ada 40 ribu situs yang mengklaim sebagai situs berita namun mereka tidak terdaftar oleh Dewan Pers. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun turun tangan untuk mengawal proses pembabatan situs abal-abal yang beredar di Twitter dan Facebook.
Kendati demikian, hal itu saja tidak cukup. Dirjen Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo Semuel Abrijani Pangerapan, dalam konferensi pers pasca-pertemuan dengan perwakilan Twitter Asia Pasifik, mengatakan bahwa literasi sangatlah penting untuk memerangi penyebaran berita hoax.
Diharapkan, Anda hanya akan menyebarkan berita yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Demi memberikan senjata bagi Anda guna memerangi berita hoax, berikut beberapa langkah yang bisa Anda ambil ketika berhadapan dengan berita yang berpotensi palsu.
Pertama, Amati URL-nya
Apakah Anda pernah melihat alamat URL yang aneh seperti com.co? Link yang aneh atau typo biasanya tidak dapat dipercaya. Anda perlu mengecek bagian ‘about’ atau ‘contact’. Jika situs tersebut dapat dipercaya, mereka akan mencantumkan alamat redaksi atau kelembagaan.
Kedua, Sumber Berita
Anda perlu memerhatikan sumber berita yang sedang dibaca. Menurut penelitian Mastel, media sosial menjadi sarana yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan berita hoax yakni 31,9%.
"Berdasarkan sumber penyebarannya, media sosial seperti Facebook dan Twitter menyumbang peredaran hoax sebesar 31,9%," ungkap Teguh Prasetya, Ketua Bidang Strategis Mastel.
Ketiga, Memancing Emosi
Apakah judul dari berita atau artikel yang Anda baca terasa memprovokasi? Bisa jadi artikel itu tidak bisa dipercaya. Laporan palsu sering menargetkan emosi dengan klaim aneh atau kata-kata tidak patriotik atau bahasa yang hiperbola.
Jika akal sehat memberi tahu Anda itu tidak mungkin benar, berita itu kemungkinan memang tidak benar.
Keempat, Membandingkan
Banyak media massa di Indonesia yang bisa menjadi perbandingan. Bahkan setiap media mainstream juga seharusnya dibandingkan dengan media lainnya untuk mendapatkan gambaran yang objektif.
Jika Anda merasa ragu dengan kebenaran sebuah berita atau artikel, temukan berita-berita terkait dari media-media yang sudah diakui Dewan Pers. Media tersebut tentu meliput kejadian yang dianggap penting untuk kepentingan masyarakat sehingga kemungkinan berita yang Anda curigai juga diliput sangat besar.
"Harus kita compare dengan media online yang mainstream juga. Kalau yang enggak mainstream, kita enggak tahu juga itu sumbernya dari mana. Kalau berita besar, enggak mungkin media mainstream enggak memuat," kata Semuel A Pangerapan.
Kelima, Amati Tulisannya
Jika sebuah situs dapat dipercaya, tidak mungkin situs itu membiarkan tulisan salah eja berseliweran di mana-mana karena mereka telah melakukan pemeriksaan fakta dan tulisan lebih dari sekali. Anda patut mencurigai situs yang memiliki banyak salah eja.
Banyaknya capslock atau tanda baca juga menjadi indikasi bahwa sebuah tulisan tidak dapat dipercaya. Kebanyakan artikel atau berita yang terpercaya menggunakan EYD yang baik.
Keenam, Isi Tulisan
Menurut survei Mastel, sebagian besar porsi penyebaran berita hoax di Indonesia berasal dari berita atau kabar yang bermuatan politik yang jumlahnya mencapai 91,80%. Selain itu, Anda perlu lebih perhatian pada penyebaran berita berbau SARA dan kesehatan.
Berita lain mungkin saja bukan hoax melainkan berita satire yang berniat untuk menyindir. Kendati demikian, berita seperti itu juga tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Sumber : okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar