Dan, disinilah kekuasaan dan kemahasempurnaan Allah sangat terlihat, bagi mereka yang mau berpikir.
Jangankan dengan orang lain, dengan sesama saudara kandung, potensi yang dimiliki berbeda, termasuk dengan saudara kembar sekalipun.
Secara tak sengaja menemukan satu artikel singkat, namun mampu membuka mata dan hati, bahwa penciptaan manusia memang telah dirancang sedemikian rupa oleh Sang Maha Perancang.
Artikel tersebut menyoroti tentang potensi manusia, dalam konteks gender (laki-laki dan perempuan).
Mengutip artikel tersebut, bahwa ada banyak upaya untuk menguraikan topik potensi manusia ini. Namun, dari sekian usaha itu, sebuah analisis yang empatik diutarakan oleh cendekiawan ternama asal negeri piramida, Mesir, Syekh Muhammad Mutawwali. Uraiannya tersebut tertuang dalam karyanya yang sangat apik dan bertajuk Fiqh al-Mar'ah al-Muslimah.
Menurut tokoh kelahiran Daqahlia, 16 April 1911 M, itu, pangkal diskusi perihal sempurna atau tidaknya akal perempuan itu merujuk pada beberapa sabda Rasulullah SAW. Salah satunya, hadis riwayat Bukhari Muslim berikut, “Perempuan itu kurang akal dan agama.”
Makna hadis itu pada hakikatnya tidak berarti merendahkan derajat perempuan. Malah sebaliknya, tersimpan seruan tersirat supaya menghormati dan memuliakan perempuan. Secara biologis, perempuan memang diciptakan tak sekuat laki-laki. Karena itu, kewajiban dan tanggung jawab nafkah ada di pundak lelaki.
Sering kali, perempuan lebih mengedepankan perasaan. Memang betul, tetapi itu bukan pertanda akal yang dimiliki lemah. Justru, kepekaan perasaan itu adalah keistimewaan yang dimiliki perempuan.
Hal itu sesuai tugas dan perannya dalam keluarga, yakni mengasuh dan mendidik anak. Pengasuhan anak butuh rasa kasih sayang dan curahan hati. Di usia balita, kebutuhan kasih sayang itu lebih mendesak dibandingkan asupan logika dan rasionalitas.
Siapa pun, yang memakai hadis di atas untuk pembenaran meremehkan perempuan, ia salah besar. Bagaimanapun, Allah SWT telah menciptakkan laki-laki dan perempuan dengan kelebihan dan keistimewaan masing-masing.
Kemampuan rasionalitas laki-laki membantunya memaksimalkan kinerja dalam mencari nafkah.
Bisa dibayangkan, jika seorang laki-laki lebih mengedepankan perasaan. Maka, akan cukup mengganggu pola pencarian nafkah. Kemampuan berpikir logik ini pula yang mestinya mendorong sikap arif dan bijak laki-laki kala memegang peran sebagai kepala keluarga.
Ada rahasia Allah di balik pembagian secara proporsional potensi bagi tiap manusia. Kelebihan dan kekurangan itu akan saling melengkapi. “Intelektualitas unggul dan kepekaan perasaan nyaris tak pernah dimiliki seseorang secara bersamaan,” kata Syekh Mutawalli.
Namun, tak sedikit pula perempuan memiliki tingkat intelektualitas melebihi lawan jenisnya. Ini, antara lain, ditegaskan dalam kisah Ummu Salamah binti as-Shiddiq.
Rasulullah memerintahkan para sahabat meminta saran dan ide dari perempuan berpipi merah itu saat peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Masukan Ummu Salamah sangat menentukan dalam sejarah awal mula perkembangan Islam melalui Perjanjian Hudaibiyah.
Inilah bukti kesempurnaan penciptaan manusia, dan selalu ada rahasia Allah dibalik semua penciptaan-Nya.
Mari, terus gali potensi (positif) pada diri kita. Semakin mengenali dengan baik potensi tersebut maka semakin terbuka peluang untuk memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan. Diri kita akan semakin produktif dan semakin bermanfaat bagi manusia lainnya.
Fokus pada potensi positif. Kelola dengan baik dan optimalisasi, lalu perhatikan perubahan positif akan anda dapatkan!
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.17:36).
#TalentsMapping
#Management
#PeopleDevelopment
#AmazingPeople
Tidak ada komentar:
Posting Komentar