Menurut hasil studi terbaru, jumlah ikan di lautan dunia telah berkurang 4,1 persen dalam rentang tahun 1993 sampai 2010. "Penurunan 4 persen itu terdengar kecil, tetapi itu sebesar 1,4 juta metrik ton ikan dari tahun 1930 hingga 2010," kata Chris Free, penulis utama studi ini, sebagaimana dilansir The New York Times.
Hasil studi ini sudah diterbitkan di jurnal Science pada 1 Maret 2019. Studi ini menekankan, berkurangnya jumlah populasi ikan di lautan dunia adalah karena perubahan iklim dan penangkapan ikan secara berlebihan.
Turunnya jumlah populasi ikan di lautan dunia secara drastis ini tentu adalah kondisi yang mengkhawatirkan. Sebab, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, ikan merupakan 17 persen dari asupan protein hewani populasi global. Selain itu, sebanyak 70 persen orang di dunia ini tinggal di beberapa negara pesisir dan kepulauan.
“Ikan menyediakan sumber protein penting bagi lebih dari setengah populasi global, dan sekitar 56 juta orang di dunia bergantung hidup pada sektor perikanan laut,” kata Free.
Meski secara rata-rata jumlah populasi ikan di lautan di dunia “cuma” turun 4,1 persen, tapi di beberapa wilayah, seperti di Samudera Atlantik timur laut dan Laut Jepang, jumlah populasi ikan menurun sampai 35 persen selama periode penelitian.
"Ekosistem di Asia Timur telah mengalami penurunan produktivitas perikanan terbesar," kata Free. "Dan wilayah itu adalah rumah bagi beberapa populasi manusia terbesar dan populasi yang sangat bergantung pada makanan dari laut."
Metode Penelitian
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan data dari kumpulan 235 populasi ikan yang berlokasi di 38 wilayah ekologi di seluruh dunia. Data ini tak cuma menunjukkan di mana ikan-ikan itu hidup, tetapi juga bagaimana mereka bereaksi terhadap perubahan suhu air di lingkungan mereka.
Para peneliti kemudian menganalisis bagaimana suhu laut telah berubah dari waktu ke waktu di masing-masing lokasi. Analisis regional ini penting karena beberapa bagian lautan lebih cepat memanas daripada yang lain.
“Kami kemudian menghubungkan populasi yang merespons secara positif, negatif, dan yang tidak merespons sama sekali (atas pemanasan air laut ini),” kata Malin L. Pinsky, penelit lainnya dalam studi ini.
Data mengungkapkan beberapa tren menarik. Populasi ikan di bagian yang lebih dingin cenderung lebih baik dalam bertahan hidup atas pemanasan air laut ini daripada yang berada di daerah yang lebih hangat.
Bagaimana Perubahan Iklim Pengaruhi Kehidupan Ikan?
Kehidupan laut mengalami beberapa efek paling drastis dari perubahan iklim. Sebab, lautan menyerap 93 persen panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca yang dibuang manusia ke atmosfer.
Hasil sebuah studi yang diterbitkan pada Januari lalu, juga di jurnal Science, menemukan bahwa suhu laut meningkat jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Di tengah kondisi yang berubah-ubah ini, ikan-ikan berpindah-pindah tempat untuk bisa bertahan hidup, untuk mencari suhu air yang mereka sukai. Bila mereka tak menemukan habitat yang pas, suhu air laut yang tinggi dapat membunuh para ikan itu dan makhluk hidup lain yang menjadi sumber makanan para ikan.
Atas permasalahan ini, para peneliti menyarankan agar kita membatasi penangkapan ikan yang berlebihan dan meningkatkan manajemen perikanan secara keseluruhan agar metode penangkapan ikan yang berkelanjutan bisa diterapkan.
Namun begitu, meski kita telah membatasi penangkapan ikan di lautan, perubahan iklim tetap akan membuat jumlah populasi ikan di lautan berkurang. Jadi, menurut para peneliti, solusi akhirnya tetaplah terletak pada upaya kita untuk memperlambat atau menghentikan perubahan iklim.
sumber : kumparan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar